Mineralogi adalah suatu
cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, baik dalam bentuk
individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya mempelajari tentang sifat -
sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat - sifat kimia, dan juga kegunaannya.
Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos. Logos yang
berarti ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti Mineralogi adalah
Ilmu tentang Mineral.
Mineral adalah suatu zat
padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk secara
alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika
tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau
dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral juga mempunyai
banyak arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti
farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti
geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai
sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta
molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun
dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan
menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya
merupakan zat anorganik. ( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 )
Maka pengertian yang
jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun
dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut
beberapa ahli :
L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu
benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai
komposisi kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai atom atom yang tersusun
secara teratur.
D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu
bahan padat yang secara structural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu,
dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu
bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas
batas dan mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu
kehidupan.
UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
Mineral adalah senyawa
anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu,
serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik
dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.
Sifat - Sifat Fisik
Mineral
Warna
Warna adalah suatu yang
kita tangkap dengan mata apabila mineral terkena oleh cahaya atau spektrum
cahaya yang dipantulkan oleh mineral itu sendiri. Warna penting untuk
membedakan antara warna mineral yang diakibatkan oleh pengotoran dan warna asli
dari mineral itu sendiri. Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, misalnya
mineral azurit yang berwarna biru dan mineral epidon yang berwarna kuning
hijau, dll.
1.
Warna Isiokhromatik :
Apabila mineral mempunyai warna yang selalu tetap, pada umumnya dijumpai
pada mineral - mineral, yang tidak tembus cahaya (opaque) atau berkilap
logam. Contoh : Magnetit, Galena, Pirit, Pirolusit, dll.
2.
Warna Allokhromatik :
Apabila mineral warnanya tidak tetap tergantung terhadap mineral
pengotornya, pada umumnya yang dijumpai pada mineral yang tembus cahaya
(transparan/translucent) atau berkilap non logam. Contoh : Kuarsa,
Gipsum, Kalsit, dll.
Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh
cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral yang erat hubungannya itu
dengan sifat pemantulan dan pembiasan. Intensitas kilap tergantung dari indeks
bias dari mineral, apabila semakin besar indeks bias mineral, semakin besar
pula jumlah cahaya yang dipantulkan . Nilai ekonomik mineral kadang - kadang
ditentukan oleh kilapnya. Macam - macam kilap antara lain :
1.
Kilap Logam (Metallic
Luster) Mineral - mineral opaque yang mempunyai indeks
bias sama dengan tiga atau lebih. Contoh : Galena, Native Metal, Sulfit,
Pirit, dll.
2.
Kilap Kaca (Vitreous
Luster) Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti kaca. Contoh
: Kuarsa, Kalsit, dll
3.
Kilap Intan (Diamond
Luster) Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan cemerlang seperti
intan. Contoh : Intan
4.
Kilap Sutera (Silky Luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan sutera dan umumnya
terdepat pada mineral yang berserat. Contoh : Asbes, Aktinolit, Gipsum,
dll
5.
Kilap Damar (Resinous
Luster) Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti getah damar
atau kekuning - kuningan. Contoh : Spalerit, Sulfonit, dll
6.
Kilap Mutiara (Pearly
Luster)Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti mutiara atau
bagian dalam dari kulit kerang. Contoh : Muskovit, Talk, Dolomit, dll
7.
Kilap Lemak (Greasy
Luster) Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti sabun. Contoh
: Serpentinit, dll
8.
Kilap Tanah (Earthy
Luster) Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti lempung.
Contoh : Kaolin, Limonit, Pauksit, dll
Cerat
Cerat atau warna goresan
merupakan bagian dari warna di dalam mineral, tetapi dalam bentuk serbuk, dapat
diperloeh dengan cara mengikir atau digesekkan di bagian belakang porselen atau
ampelas.
Pecahan
Pecahan adalah
kenampakan mineral dalam keadaan pecah, cara mengetahuinya dengan melalui
bidang yang tidak rata, tidak halus, tidak licin, dan tidak teratur. jenis -
jenis pecahan yaitu :
1.
Pecahan Konkoidal Memperlihatkan
gelombang seperti kenampakan bagian luar kulit kerang atau botol yang dipecah.
Contoh : Kuarsa, Kalsedon, dll
2.
Pecahan Serat menunjukkan
kenampakan permukaan yang gejala seperti serat atau daging. Contoh :
Serpentinit, Asbes, Augit, dll
3.
Pecahan Tidak Rata Menunjukkan
kenampakan permukaan yang tidak teratur dan kasar.
4.
Pecahan Runcing Permukaannya
tidak teratur dan ujung - ujungnya runcing dan kasar.
5.
Pecahan Rata Permukaannya
rata dan cukup halus. Contoh : Lempung, dll
Belahan
Belahan adalah
kenampakan minearl untuk membelah melalui bidang yang rata, halus, dan licin,
serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan dapat dibedakan menjadi :
1.
Belahan Sempurna (Perfect
Cleavage) Merupakan pecahan yang sejajar terhadap bidang dari satu
belahannya dengan memperlihatkan bidang permukaan yang halus. Contoh :
Biotit, Muskovit, dll
2.
Belahan Baik (Good
Cleavage) Merupakan mineral lebih mudah belah yang menurut bidang di
dalam belahannya bila dibandingkan dengan belahannya kearah lain. Contoh :
Kalsit, Orthoklas, Gipsum, dll
3.
Belahan Tidak Jelas (Indistinct
Cleavage) Merupakan bidang belahan seperti garis atau kenampakan striasi
pada bidang belahannya. Contoh : Plagioklas, dll
4.
Belahan Tidak Tentu Merupakan
mineral yang tidak ada belahannya. Contoh : Kuarsa, Opal, Kalsedon, dll
5.
Belahan Jelas (Distinct)
Merupakan pecahan yang sesuai terhadap bidang dari suatu belahan tetapi juga
terpecah kearah lain. Contoh : Hornblende
6.
Belahan Tidak Sempurna (Inperfect
Cleavage) Merupakan bidang belahan yang tidak rata dan juga cukup sukar
untuk diamati. Contoh : Apatit, Native Metal, dll
Ditinjau dari arah
belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi :
1. Belahan satu arah
2. Belahan dua arah
3. Belahan tiga arah
4. Belahan empat arah
Bentuk
Bentuk mineral ada dua
macam, yaitu :
1.
Bentuk Kristalin
Apabila
mineral mempunyai bidang yang ideal dan baisanya terdapat pada mineral yang
mempunyai bidang belahan.
2.
Bentuk Amorf
Mineral
tidak mempunyai batasan yang jelas.
Kekerasan
Kekerasan adalah ukuran
daya tahan suatu mineral apabila permukaannya digores dengan mineral lain.
Contoh : Mineral X digores dengan menggunakan Mineral Z ternyata pada permukaan
mineral X tergores, maka Mineral Z lebih keras dari mineral X. Berikut tabel
Skala Kekerasan mineral yang dibuat oleh Mohs.
Selain menggunakan
mineral, bisa juga menggunakan alat untuk mengukur suatu kekerasan dari
mineral.
Kuku Jari = 2,5
Jarum = 3,0
Uang Logam = 3,5
Paku Besi = 4,5
Pisau Baja = 5,5
Kaca = 5,5 - 6,0
Kikir Baja = 6,0 - 7,0
Ampelas = 8,0 -
9,0
Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat
mineral pada gaya tarik magnet. kemagnetan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.
Ferromagnetik : tertarik
kuat oleh magnet seperti magnetit dan pirotit.
2.
paramagnetik : tertarik
lemah oleh magnet seperti pirit.
3.
Diamagnetik : tidak
tertarik oleh magnet.
Sifat Dalam
Sifat dalam adalah
reaksi mineral terhadap gaya seperti memberi penekanan, pemotongan,
pembengkokan, pematahan, atau penghancuran. Sifat dalam dibedakan menjadi enam,
yaitu:
1.
Rapuh (Brittle) Bila
digores menjadi tepung, tetapi isinya atau bubuknya tidak pergi ke segala arah
dan mudah untuk dihancurkan.
2.
Dapat Diiris (Sectile)
Dapat diiris dengan pisau dan juga pada kenampakannya memberikan kehalusan.
3.
Dapat Dipintal (Ductile)
Dapat dibentuk layaknya kapas.
4.
Lentur (Elastic) Bila
dibengkokkan dapat kembali keseperti semula.
5.
Fleksible Bila
dibengkokkan tidak dapat kembali lagi keseperti semula.
6.
Dapat Ditempa Bila
mineral dipukul, dapat menjadi lebih tipis atau melebur.
Berat Jenis
Berat Jenis adalah perbandingan
dari berat mineral terhadap volumenya di dalam air.
Kelistrikan (Electricity)
Kelistrikan merupakan
sifat dalam mineral yang berhubungan dengan arus atau aliran listrik. Sifat
listrik mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Konduktor, yaitu
mineral yang mampu menghantarkan listrik.
2. Non-Konduktor atau
Isolator, yaitu suatu mineral tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Sifat Kimia Mineral
Berdasarkan sifat -
sifat kimia mineral digolongkan menjadi delapan, yaitu:
Golongan ini
dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur kimia. Dibagi menjadi tiga, yaitu:
a)
Golongan Logam. Contoh :
Au, Cu, Pt, Fe, dll
b)
Golongan Semi Logam.
Contoh : As, B, dll
c)
Golongan Non Logam.
Contoh : O2
2. Golongan Sulfida
Golongan ini dicirikan dengan adanya
gugus anion, yaitu merupakan persenyawaan kimia, unsur dari sulfur bergabung
pada unsur logam dan semi logam. Sulfida dilapisi oleh hidrotermal sehingga
mudah untuk dioksidasi oleh sulfat. Contoh : Pirit (FeS2), Galena (PbS), dll
3. Golongan Oksida dan Hidroksida
Dicirikan oleh satu gugus anion.
Berdasarkan perbandingan antara logam dengan oksigen, maka golongan oksida
dapat digolongkan menjadi oksida sederhana dan juga kompleks. Contoh : Kuarsa
(SiO2 ) untuk oksida dan Mangan (MnO(OH)) untuk hidroksida.
Golongan oksida tersusun oleh unsur - unsur yang bersenyawa dengan oksigen,.
Unsur digolongan ini amat banyak dan biasanya logam berkombinasi dengan gas
yang salah satunya adalah oksigen . Sifat golongan oksida berubah - ubah dan
terbentuk pada lingkungan geologi dan tipe - tipe batuan yang banyak jenisnya.
4. Golongan Halida
Adalah persenyawaan kimiawi dimana
unsur - unsur logam bersenyawa dengan unsur - unsur yang halogen. Dalam
golongan ini dicirikan adanya dominasi dari ion-ion halogen elektromagnetik.
Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah. Contoh Halit (NaCl).
5. Golongan Karbonat, Nitrat, dan Borates
Karbonat adalah
persenyawaan kimia dimana satu atau lebih unsur - unsur logam atau semi logam
bersenyawa dengan karbonat yang umum, terbentuk ketika kalsium bersenyawa
dengan karbonat radikal. Golongan ini dicirikan oleh adanya suatu gugus anion
yang kompleks, hadirnya tidak stabil, rekasinya disebut fizz
test. Contoh mineral karbonat antara lain adalah Kalsit (CaCO3),
Dolomit (CaMg(CO3)2), aragonit (CaCO3), dll
Nitrat
adalah persenyawaan kimia dimana salah satu atau lebih unsur - unsur logam atau
semi logam bersenyawa dengan nitrat radikal. Sifat dari golongan ini adalah
mudah larut di dalam air, bila diletakkan dalam nyala api akan melebur.
Contohnya adalah soda nitrat (NaNO3)
Borates
adalah persenyawaan kimia antara unsur logam persenyawaan dengan borates
radikal.
6. Golongan Sulfat
Sulfat
adalah persenyawaan kimia yang dimana satu atau lebih unsur logam bersenyawa
dengan sulfat radikal. golongan ini dicirikan dengan adanya gugus anioin S04,
terbentuk dari larutan. Contohnya adalah Barit (BaSO4), Anhidrit (CaSO4), dll
7. Golongan Fosfat
Fosfat
adalah golongan persenyawaan kimia dimana salah satu logam bersenyawa dengan
fosfat yang radikal. Golongan ini dicirikan oleh adanya gugus anioin PO4 dan
pada umumnya berkilap kaca atau lemak serta cenderung lunak, rapuh, struktur
kristal bagus, serta berwarna. Contoh Vivianit (Fe3(PO4)3), dll
8. Golongan Silika
Silika
adalah persenyawaan kimia dimana antara salah satu logam dengan salah satu dari
SiO memiliki tetrahedralis solo atau berantai. Silika merupakan suatu golongan
mineral yang paling besar dan sangat berlimpah keadaannya. Silika juga
merupakan unsur pokok batuan beku dan metamorf. Contoh : ortoklas (KAlSi3O8).
Pada materi yang telah
kita pelajari sebelumnya, yaitu materi Kristalografi, telah dijelaskan urutan
materi pembentuk Bumi ini. Dari yang terkecil yaitu kristal, mineral dan
kemudian adalah batuan. Dan yang akan lita pelajari selanjutnya adalah tentang
mineral. Dalam mempelajari semua hal tentang mineral, mulai dari sifat-sifat
fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan dinamakan dengan Mineralogi.
Pada tahap ini kita akan
belajar tentang semua hal yang berkaitan dengan mineral. Dalam studi Geologi,
ini sangat penting, karena mineral adalah salah satu satuan dasar pembentuk
Bumi ini. Dan dengan bekal ilmu Kristalografi yang telah dipelajari sebelumnya,
kita akan dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah yang terdapat di Bumi,
bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga dapat mengetahui manfaat dari
mineral itu sendiri.
Dalam studi Geologi,
setelah mempelajari ilmu-ilmu tentang kristal, tahap selanjutnya adalah mempalajari
ilmu tentang mineral atau Mineralogi. Mieralogi sendiri terkait dalam satu
rangkaian dengan Kristalografi dalam pembelajarannya. Terkait dengan mineral
adalah komponen dasar dalam Geologi karena mineral adalah pembentuk batuan yang
menjadi inti dari Geologi. Tentu saja kita harus mempelajari dan menguasainya
untuk dapat melanjutkan pada tahap berikutnya. Dan dengan menjalani studi
Mineralogi, dimaksudkan agar kita dapat mengenal, mengetahui dan juga menguasai
Mineralogi yang menjadi salah satu dasar terpenting dalam Geologi. Dengan bekal
ilmu tentang kristal yang telah diperoleh sebelumnya, Mineralogi adalah salah
satu aplikasi dari ilmu tersebut. Dan pada akhirnya, dengan menguasai keduanya,
akan dapat lebih mudah dalam mempelajari ilmu Geologi pada tahap selanjutnya.
Dalam kegiatan
mempelajari dan melakukan praktikum Mineralogi, kita dituntut untuk dapat :
- Mengaplikasikan ilmu tentang kristal yang telah didapat sebelumnya.
- Mengetahui defenisi dari mineral itu sendiri.
- Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.
- Mampu melakukan penyelidikan secara fisik dari mineral.
- Mengetahui keterdapatan mineral dalam batuan.
- Mengetahui persentase komponen-komponen mineral.
- Mengetahui aplikasi dari ilmu tentang mineral.
Dalam bidang Geologi,
mempelajari Mineralogi adalah sebagai dasarnya. Karena mineral adalah satuan
pembentuk Bumi dan pada dasarnya Bumi ini dibentuk dari mineral-mineral yang
menyatu dan membentuk batuan. Jadi, adalah hal yang tidak mungkin jika
mempelajari Geologi namun tidak mempelajari dan menguasai Mineralogi. Karena
Geologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari Bumi.
Dengan mempelajari
Mineralogi, kita akan dapat mengetahui bagaimana Bumi ini terbentuk dari
pembentukan mineral. Kita juga akan dapat mengetahui bagaimana bisa
batuan-batuan yang ada di Bumi ini terbentuk. Dengan mempelajari Mineralogi,
kita juga dapat mengenal sifat-sifat dari mineral itu sendiri hingga dapat
mengetahui apa kegunaannya. Kita tahu bahwa benda-benda yang memiliki nilai
tertinggi didunia sekarang ini salah satunya adalah mineral. Mineral-mineral
tersebut memiliki berbagai macam nilai guna dalam kehidupan manusia, mulai dari
sebagai perhiasan karena nilai estetikanya yang tinggi hingga sebagai benda
terpenting dalam usaha pengeboran khususnya minyak Bumi karena sifat mineral
tersebut. Mineral juga banyak digunakan dalam dunia industri.
Dalam Geologi sendiri,
Mineralogi adalah salah satu ilmu dasar dan merupakan syarat untuk dapat
melanjutkan studi pada tingkat berikutnya. Khususnya Petrologi atau ilmu
tentang batuan, yang tidak memungkinkan untuk dapat dipelajari tanpa dasar
Mineralogi. Karena batuan dibentuk dari mineral.
2.1 Pengertian
Mineral
Dalam mendefinisikan
mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian untuk menerangkan
pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum didapatkan kesamaan
pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada umumnya dikenal dua
defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum tahun 1977 dan
defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Hal yang membedakan
kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang termasuk mineral
hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi, mineral
mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup semua zat yang ada
dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian tersebut. Hal ini salah
satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena penguraian
atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan
kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam sederhana sampai silikat
yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik
biasanya tidak termasuk).
Mineralogi adalah ilmu
yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai dari pembagian atau
penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral, pendeskripsian mineral
dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk mempelajari
tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat yang ada
pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara
teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara
teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak
dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan
mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja.
Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :
1. Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral
adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada sebuah mineral. Pada
mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya tarik-menarik
yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam suatu
jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom
atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga
dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau
kohesi ini disebut suhu kohesi.
2. Reaksi Terhadap
Cahaya
Mineral cenderung akan
bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya. Reaksi ini pada
umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan
penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang
sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada
mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara
determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran warna.
3. Perawakan Kristal
Perawakan kristal pada
mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh
secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral maupun
gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak
terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran
mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.
4. Sifat Kelistrikan
Sifat kelistrikan pada
mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga meneruskan aliran
listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat
kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak
dapat menghantarkan listrik (isolator).
5. Sifat Radioaktivitas
Sifat Radioaktivitas
mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral tersebut yang
unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada
mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U),
Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya,
mineral_mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan
atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral
radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat juga
digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung waktu paruhnya
(half time).
6. Gejala Emisi Cahaya
Gejala emisi cahaya
adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses tertentu.
Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang
pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang
terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra).
Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral,
dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada gelombang
cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan emisi cahaya
seperti Phospor, Radium dan Flouride.
7. Bau dan Rasa
Bau pada mineral dapat
diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah menjadi gas.
Jenis-jenis bau mineral adalah:
·
¨ Bau Sulforous
adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).
·
¨ Bau Bituminous
adalah bau yang seperti Ter
·
¨ Bau Argillerous
adalah bau seperti lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa
pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah menjadi cair.
Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
·
¨ Rasa Saline atau
rasa seperti garam(asin).
·
¨ Rasa Alkaline
atau rasa seperti logam atau soda.
·
¨ Rasa Witter atau
rasa pahit.
Setiap mineral yang
dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang
khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk
kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak
mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal).
Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses
itu makin tenang dan lambat.
2.2 Proses Pembentukan
Mineral
Proses pembentukan
mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai
ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan,
keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang
bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya
dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis.
Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat
diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor
yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur
kimia, aspek biologis dan fisika.
Secara umum, proses
pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat terbentuk karena
proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral ekonomis
selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi,
yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor.
Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak
terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail
untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M.
Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang
menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun mineral
yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
1.
Proses Magmatis
Proses ini sebagian
besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami
pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada
temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk
mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk
sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
Early magmatis, yang terbagi atas:
·
¨ Disseminated,
contohnya Intan
·
¨ Segregasi,
contohnya Crhomite
·
¨ Injeksi,
Contohnya Kiruna
Late magmatis, yang terbagi atas:
·
¨ Residual liquid
segregation, contohnya magmatis Taberg
·
¨ Residual liquid
injection, contohnya magmatis Adirondack
·
¨ Immiscible liquid
segregation, contohnya sulfide Insizwa
·
¨ Immiscible liquid
injection, contohnya Vlackfontein
2.
Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan
magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan
gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan
magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3.
Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai
turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis
dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak
menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian
akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur
volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk
endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
4.
Proses Hydrotermal
Merupakan proses
pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat
rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar,
endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
·
¨ Tekanan dan
temperatur pembekuan relatif tinggi.
·
¨ Endapan berupa
urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang
besar.
·
¨ Asosiasi mineral
berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan Spalerite serta
oksida besi.
·
¨ Pada intrusi
Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
·
¨ Tekanan dan
temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
·
¨ Endapannya
berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.
·
¨ Tekstur akibat
“cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian
antara lain berupa “crustification” dan “banding”.
·
¨ Asosiasi
mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
·
¨ Proses pengayaan
sering terjadi.
Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
·
¨ Tekanan dan
temperatur yang berpengaruh paling rendah.
·
¨ Tekstur
penggantian tidak luas (jarang terjadi).
·
¨ Endapan bisa
dekat atau pada permukaan bumi.
·
¨ Kebanyakan
teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
·
¨ Struktur khas
yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
·
¨ Asosiasi mineral
logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit
disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk
endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah
sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa
pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan,
yang berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein,
Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan
collapse), Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space
filling, Vessiculer fillings.
5. Proses Replacement
(Metasomatic replacement)
Adalah prsoses dalam
pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan
endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal.
Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh
proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan
dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement
diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan
kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian
suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat
juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai
ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang
dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan
merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan
Disseminated.
6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan
besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi
laut, danau dan air tanah.
8. Konsentrasi Residu
dan Mekanik
Terdiri atas :
·
¨ Konsentrasi
Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
·
¨ Konsentrasi
Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.
9. Supergen enrichment
10. Metamorfisme
2.3 Mineral Pembentuk
Batuan
Mineral-mineral
pembentuk batuan dapat dibedakan atas :
1. Felsic mineral, tersusun dari
mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta mempunyai berat jenis
kecil atau ringan.Contoh : Quartz, Feldspar dan Feldspatoid
2. Mafic mineral, tersusun dari
mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat jenis besar atau berat.
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.
1. Felsic Mineral
A. Quartz (Kuarsa)
Mineral kuarsa memiliki
sistem kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan kombinasinya. Rumus kimia tau
komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis dari mineral ini adalah
2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada kuarsa dapat jernih
atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat inklusi dari gas,
cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur pengotor dan
sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang ditunjukkan
dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat belahan pada
kuarsa. Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya yang
berkaitan dengan gelas (kaca).
Kuarsa atau kadang
disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri
dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti asap
atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang juga dengan warna
ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut
“amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna yang
bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
B. Feldspar
Feldspar dapat
digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :
1.
Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine,
anorthoklas,
pertite, dan
antipertite.
2.
Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,
bytownite dan anorthite
(calsic).
Pada praktikum yang
dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu), feldspar ini hanya dapat
dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan Plagioklas.
·
¨ Orthoclase
(Potassium feldspar)
Orthoklas adalah anggota
dari mineral feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars) adalah mineral silicate
yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna
merah daging hingga putih.
Rumus kimia atau
komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis mineral ini
adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai
kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan
baku dalam industri keramik.
·
¨ Plagioklas
feldspar
Mineral Plagioclase
adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur
Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna
putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal
dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
Sistem kristal dari
plagioklas ini adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76. plagioklas ini
mempunyai nilai kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk kembaran. Komposisi
kimia dari mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.
C. Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini
juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan mineral ini terbentuk bila
dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam suatu batuan
terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah feldspar dan
tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk feldspatoid
adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan analcite. Namun
yang umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.
¨ Nepheline
(KNaAl2Si2O4)
Nepheline adalah sebuah
mineral yang termasuk dalam sistem kristal hexagonal, walaupun bentuknya jarang
dijumpai, umumnya massif dan fine grain. Warna dari mineral ini adalah putih
kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan nepheline adalah 5,5
sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65. Kilap pada nepheline
adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap minyak. Belahan
permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar.
Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
¨ Leucite
(KaISi2O8)
Mineral leucite termasuk
dalam system isometric dalam bentuk umumnya adalah trapezohedron. Leucite ini
memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan nama fine grain matrix.
Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai dengan 6 dan nilai
berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya adalah putih
keabu-abuan.
2. Mafic Mineral
A. Olivine
((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine adalah kelompok
mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan magnesium (Mg). Mineral
olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada temperatur yang
tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan ultramafic. Batuan
yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal dengan batuan
Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai
kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0. mineral ini memiliki
berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan pada batuan beku
basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.
B. Piroksin
Piroksin merupakan
kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan erat dalam
struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka
mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan monoklin.
Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya dan
tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion
logam Mg dan Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak berikatan langsung
dengan silicon.
Komposisi kimia piroksin
secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6. Dimana symbol W, X, Y dan Z menunjukkan
unsur dengan jari-jari atom yang sama.
W = Na, Ca Y = Al,
Fe, Ti
X = Mg, Fe, Li,
Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil
Bentuk kristal piroksin
adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan beku vulkanik, piroksin
adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang dalam batuan plutonik,
piroksin adalah Augite.
C. Amphibole (Horblende)
Amphibole adalah
kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang menyerupai
jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium
(Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende tampak
berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis
batuan beku dan batuan metamorf.
D. Mica
Mica adalah kelompok
mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari potassium (K),
magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O). Struktur
mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4 mempunyai tiga
oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga komposisi dan valensinya diwakili
oleh (Si4O10)ˉ4.
Rumus umum mika dapat
ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na dalam Paragonite mineral
yang sangat baik pada sekiot).
X,Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Ai, A1
Pada mineral, terdapat
sifat-sifat fisik mineral yang ada pada masing-masing mineral. Sifat fisik
tersebut kemudian dibagi lagi menjadi dua bagian, sifat fisik secara teori dan
sifat fisik secara determinasi atau laboratorium. Sifat fisik secara teori
tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan sifat-sifat mineral, karena
sifat-sifat yang dijelaskan tmasih kurang spesifik dan ada juga yang hanya
dimiliki oleh sebagian mineral saja, seperti yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
Pada praktikum
Mineralogi, praktikan diwajibkan untuk dapat mengetahui sifat-sifat fisik
mineral pada saat pendeskripsian mineral. Pendeskripsian mineral dilakukan
dengan mengamati sifat-sifat fisik mineral secara determinasi. Sifat-sifat
tersebut adalah : warna, cerat atau gores, kilap, perawakan, belahan,
kekerasan, sifat dalam, berat jenis dan kemagnetan. Semua sifat-sifat tersebut
memiliki nilai atau patokan tertentu sesuai dengan jenisnya. Dalam
pendeskripsian mineral, juga ditentukan system kristal, komposisi atau rumus
kimia, kelas dan grup mineral serta asosiasi dan kegunaan mineral tersebut.
1. Warna (Colour)
Warna dapat dilihat
ketika terjadi beberapa proses pemindahan panjang gelombang , beberapa menyerap
panjang gelombang spesifik dari spectrum yang dapat dilihat. Spectrum yang
dapat dilihat terdiri dari warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila, dan
violet.
Ketika terjadi
pemindahan panjang gelombang akan mempengaruhi energi dan akan terjadi
perubahan warna dan jika permata itu mengandung besi biasanya akan terlihat
berwarna kelam, sedangkan yang mengandung alumunium biasanya terlihat berwarna
cerah, tetapi juga ada mineral yang berwarna tetap seperti air (berkristal) dan
dinamakan Idhiochromatic.
Disini warna merupakan
sifat pembawaan disebabkan karena ada sesuatu zat dalam permata sebagai biang
warna (pigment agent) yang merupakan mineral-mineral yaitu : belerang warnanya
kuning; malakit warnanya hijau; azurite warnanya biru; pirit warnanya kuning;
magatit warnanya hitam; augit warnanya hijau; gutit warnanya kuning hingga
coklat; hematite warnanya merah dan sebagainya.
Ada juga mineral yang
mempunyai warna bermacam-macam dan diistilahkan allokhromatik, hal ini
disebabkan kehadiran zat warna (pigmen), terkurungnya sesuatu benda (inclusion)
atau kehadiran zat campuran (Impurities). Impurities adalah unsur-unsur yang
antara lain terdiri dari Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan biasanya tidak
hadir dalam campuran murni, unsur-unsur yang terkonsentrasi dalam batu permata
rendah.
Aneka warna batu permata
ini sangat mempersona manusia sehingga manusia memberi gelar “mulia” pada
batu-batu itu, contoh intan yang hanya terdiri dari satu unsur mineral yakni
zat arang merupakan benda yang padat yang bersisi delapan karena adanya zat
campuran yang berbeda akan menyebabkan warna yang berbeda : tidak berwarna,
kuning, kuning muda, agak kebiru-biruan, merah, biru agak hijau, merah jambu,
merah muda, agak kuning coklat, hitam yang dinamakan carbonado, hijau daun.
Banyak mineral hanya memperlihatkam warna yang terang pada bagian-bagian yang
tipis sekali. Mineral yang lebih besar dan tebal selalu memberi kesan yang
hitam, tanda demikian antara lain diperlihatkan oleh banyak mineral.
Warna hijau muda, jika
warna tersebut makin tua berarti makin bertambah Kadar Fe didalam molekulnya.
2. Cerat atau Gores (Streak)
Cerat atau gores adalah
warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk (dihancurkan) sampai
halus. Goers ini penting untuk membedakan dua kristal yang warnanya sama namun
goresnya berbeda.
Mineral yang mempunyai
kekerasan <>
·
¨ Pirit yang
warnanya kuning emas meninggalkan garis hitam.
·
¨ Hematit (Fe2O3)
yang berkilap kelogam–logaman atau memberi garis merah darah.
·
¨ Fluisvat memberikan
garis putih (mineral yang berwarna terang tetapi memberi garis putih).
3. Kilap (Luster)
Kilap adalah kesan
mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi
dua, yaitu kilap logam dan kilap bukan logam. Kilap logam memberikan kesan
seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada
mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena,
pirit, kalkopirit. Kilap bukan logam tidak memberikan kesan seperti logam jika
terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
·
¨ Kilap kaca
(vitreous luster). Kilap ini memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya.
Misalnya : kalsit, kuarsa,dan halite.
·
¨ Kilap intan
(adamantine luster). Kilap ini memberikan kesan cemerlang seperti intan.
Contohnya intan(diamond).
·
¨ Kilap sutera
(silky luster). Kilapn ini memberikan kesan seperti suterayang mempunyai
struktur serat seperti asbes, aktinolit dan gypsum.
·
¨ Kilap damar
(resinous luster). Kilap ini memberikan kesan seperti dammar. Contohnya,
Sfalerite dan Resin.
·
¨ Kilap mutiara
(pearly luster). Kilap ini memberikan kesan seperti mutiara atau bagian dalam
dari kulit kerang. Misalnya, talc, dolomite, muscovite, dan tremolite.
·
¨ Kilap lemak
(greasy luster). Kilap ini memberikan kesan seperti lemak atau sabun.
Contohnya, talc dan serpentine.
·
¨ Kilap tanah
(earthy luster). Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya kaolin, limonit
dan bentonit.
·
¨ Kilap lilin (waxy
luster). Kenampakkan kilap mineral seperti lilin yang khas. Contohnya adalah
serpentine dan cerargyrite.
·
Selain itu, ada juga
mineral yang memiliki kilap yang khas dengan indeks bias 2,6 sampai dengan 3.
kenampakkan mineral ini diantara kilap logam dan kilap bukan logam. Contoh
mineralnya adalah, cuprite, hematrite dan cinnabar.
4. Perawakan Kristal (Habit)
Perawakan ditentukan
dari karakteristik kristal. Bentuk yang sempurna jarang dijumpai dialam, karena
pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu
mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya
bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun yang dalam
kelompok-kelompok.
Bentuk khas mineral
dialam ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran
relative bidang-bidang tersebut. Meskipun perawakankristal bukan ciri mineral
yang tetap (karena factor-faktor tersebut), namun ada beberapa perawakan
kristal masih dapat juga sebagai suatu ciri yang dapat dipergunakan dalam
penentuan jenis mineral.
Perawakan kristal
dibedakan menjadi 3 golongan pada umumnya, yaitu meniang atau berserabut,
lembaran tipis dan membutir.
A. Meniang atau Berserabut (Elangated habit)
·
¨ Meniang
(Columnar)
·
¨ Menyerat
(Fibrous)
·
¨ Menjarum
(Acicular)
·
¨ Menjaring
(Recticulate)
·
¨ Membenang
(Filiform)
·
¨ Merambut
(Capillary)
·
¨ Mondok (Stout)
·
¨ Membintang
(Stellated)
·
¨ Menjari
(Radiated)
B. Lembaran tipis
(Flattened habit)
·
¨ Membilah (Bladed)
·
¨ Memapan (Tabular)
·
¨ Membata (Blocky)
·
¨ Mendaun
(Foliated)
·
¨ Memencar
(Divergent)
·
¨ Membulu (Plumose)
C. Membutir (Rounded
habit)
·
¨ Mendada
(Mamillary)
·
¨ Membulat
(Colloform)
·
¨ Membulat jari
(Colloform radial)
·
¨ Membutir
(Granular)
·
¨ Memisolit
(Pisolitic)
·
¨ Mengginjal
(Reniform)
5. Belahan (Cleavage)
Belah adalah
kecenderungan batu permata untuk membelah kearah tertentu menyusur permukaan
bidang rata, lebih spesifik lagi ia menunjukkan kearah mana ikatan-ikatan
diantara atom relative lemah dan biasanya reta-retak menunjukan arah
belah.Belahan ialah sifat untuk menjadi belah menurut bidang yang agak
sama licinnya.
Pembagian jenis-jenis
belahan pada mineral adalah :
¨ Sangat Sempurna
¨ Sempurna
¨ Sedang
¨ Buruk
¨ Tidak ada belahan
sama sekali
6.Pecahan (Fracture)
Apabila suatu mineral
mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan elastisitasnya, maka
mineral tersebut akan pecah. Bila cara pecahnya tidak teratur, disebut dengan
nama pecahan. Pecahan pada mineral dapat dibedakan menjadi enam jenis.
- Chocoial
Apabila pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. - Hackly
Apabila pecahan mineral seperti besi, runcing-runcing tajam serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi. - Even
Apabila pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar. - Uneven
Apabila pecahan mineral menunjukkan permukaan bidang pecahnya kasar dan tidak teratur - Splintery
Apabila pecahan mineralnya hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai benang atau berserabut. - Earthy
Apabila pecahan mineral hancur seperti tana
7. Kekerasan
Kekerasan adalah sebuah
sifat fisik lain, yang dipengaruhi oleh tata letak intern dari atom. Untuk
mengukur kekerasan mineral dipakai Skala Kekerasan MOHS (1773-1839).
·
Talk, mudah digores
dengan kuku ibu jari
·
GIPS, mudah digores
dengan kuku ibu jari
·
Kalsit, mudah digores
dengan pisau
·
Fluorit, mudah digores
dengan pisau
·
Apatit, dapat dipotong
dengan pisau (agak sukar)
·
Ortoklas, dapat dicuwil
tipis-tipis dengan pisau dibagian pinggir
·
Kwarsa, dapat menggores
kaca
·
Topaz, dapat menggores
kaca
·
Korundum, dapat mengores
topaz
·
Intan, dapat menggores
korundum
Bentuk Kristal Intan
ialah benda padat besisi delapan (OKTAHEDRON)
1. K = 1 : Talk/Silikat magnesia yang mengandung air.
2.
K = 2 : Gips (CaSO4),
batu tahu
3.
K = 3 : Kalsit (CaCo3)
4.
K = 4 : Vluispat (CaF2)
5.
K = 5 : Apatit
mengandung chloor
6.
K = 6 : Veldspat, kaca
tingkap
7.
K = 7 : Kwarsa, pisau
dari baja
8.
K = 8 : Topas; Silikat
alumunium yang mengandung borium, batu permata
9.
K = 9 : Korsum (Al2O3 dalam
corak merah, batu permata delima, corak biru batu nilam/safir)
10. K = 10 : intan batu permata
Masing-masing mineral
tersebut diatas dapat menggores mineral lain yang bernomor lebih kecil dan
dapat digores oleh mineral lain yang bernonor lebih besar. Dengan lain
perkataan SKALA MOHS adalah Skala relative. Dari segi kekerasan mutlak skala
ini masih dapat dipakai sampai yang ke 9, artinya no. 9 kira-kira 9 kali sekeras
no. 1, tetapi bagi no. 10 adalah 42 kali sekeras no. 1.
K.E. Kinge (1860) dalam
Han Sam Kay mengelompokkan batu permata yang dijadikan perhiasan dalam lima
belas kelas sebagai berikut :
1. Batu permata Kelas I, Nilai Keras antara 8 s/d 10
2.
Batu Permata kelas II,
Nilai Keras antara 7 s/d 8
3.
Batu permata Kelas III
Batu permata kelas ini tergolong jenis batu mulia dan batu mulia tanggung,
nilai kerasnya kira-kira 7, sebagian besar
terdiri dari asam kersik (kiezelzuur), keculai pirus (tuquois)
4.
Batu-Batu mulia Tanggung
yaitu batu kelas IV, nilai keras antara 4 – 7
5. Batu kelas V. Batu kelas V nilai kerasnya dan kadar berat jenisnya
Sangat berbeda-beda.
Warnanya gelap (kusam) dan kebanyakan agak keruh, tidak tembus cahaya, batunya
sedikit mengkilap, dan harganyapun amat murah bila dibandingkan dengan harga
batu mulia. Dalam kelas ini termasuk batu marmer dan batu kelas V tidak
tergolong batu mulia.
8. Sifat Dalam / Daya
Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Sifat dalam adalah suatu
daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan, penghancuran dan
pemotongan. Berikut ini adalah jenis-jenis sifat dalam pada kristal.
Brittle yaitu apabila mineral mudah menjadi tepung halus.
Sectile yaitu mineral mudah terpotong dengan pisau dan tidak ada
yang berkurang atau menjadi tepung (hancur).
Malleable yaitu yaitu apabila mineral ditempa dengan menggunakan palu
akan menjadi pipih.
Ductile yaitu apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan
apabila dilepaskan maka tidak akan kembali seperti semula.
Flexible yaitu apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan
mudah.
Elastic yaitu apabila mineral dapat merenggang (bertambah panjang)
bila ditarik dan akan kembali seperti semula jika dilepaskan.
9. Berat Jenis (Specific
Gravity)
Berat jenis adalah angka
perbandingan antara massa jenis (density) suatu mineral dibandingkan massa
jenis (density) air. Untuk mengukur berat jenis suatu mineral adalah dengan
mengukur berat (massa) dan volume mineral tersebut. Berat jenis mineral adalah
salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisa mineral baik secara fisik
maupun secara kimia.
10. Kemagnetan
Sifat kemagnetan adalah
sifat aksi-reaksi mineral terhadap medan magnet yang berada disekitarnya.
Dialam, ada beberapa mineral yang memiliki daya magnet yang kuat, ada yang
hanya akan timbul bila ada medan magnet lain disekitarnya, dan ada pula yang
sama sekali tidak memiliki sifat kemagnetan.
Pada mineral, sifat
kemagnetan dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan kekuatan atau daya magnet
yang dikandungnya.
A. Feromagnetik Ã
Mineral yang memiliki daya magnet kuat, umunya mengandung unsur
logam yang tinggi.
B. Paramagnetik Ã
Mineral yang memiliki daya magnet lemah, umumnya memiliki kandungan
Logam namun tidak cukup
tinggi.
C. Diamagnetik Ã
Mineral yang sama sekali tidak memiliki daya magnet. Bahkan bila
didekatkan dengan medan
magnet yang kuat sekalipun. Umumnya adalah yang
tidak mengandung unsur
logam.
Dalam pendeskripsian
mineral juga ditentukan sistem kristal, komposisi kimia, kelas kristal,
kegunaan serta asosiasi keterdapatan mineral tersebut dialam। Hal-hal tersebut
adalah hal pokok yang telah ditetapkan pada suatu mineral dan tidak dapat
berubah-ubah. Dan dalam lembar deskripsi mineral juga digambarkan bentuk sistem
kristal, gambar sketsa kenampakkan mineral dan juga dilampirkan foto dari
mineral tersebut.
4.1 Native Element
(Unsur Murni)
Native element atau
unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu
unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur
lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)
mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih,
atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali
lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini
terdiri dari dua bagian umum.
¨ Metal dan element
intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.
¨ Semimetal dan non
metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth, graphite dan sulfur.
Sistem kristal pada native
element dapat dibahgi menjadi tiga berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila
logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem kristalnya adalah
isometrik. Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem
kristalnya adalah hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non-logam, sistem
kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic,
intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah
hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi,
kisarannya sekitar 6.
Dalam grup native
element ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum, phosphides,
silicides, nitrides dan carbides.
4.2 Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida
atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari kombinasi antara
unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsure utamanya adalah
logam (metal).
Pembentukan mineral
kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki
kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat
keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut
berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya.
Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya
unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan
sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida
ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu,
mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya
karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam,
mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam
dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas
mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam,
berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah.
Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam.
Beberapa contoh mineral
sulfides yang terkenal adalah pyrite (FeS3), Chalcocite (Cu2S), Galena (PbS),
sphalerite (ZnS) dan proustite (Ag3AsS3). Dan termasuk juga didalamnya
selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga
sulfosalt.
4.3 Mineral Oksida dan Hidroksida
Mineral oksida dan
hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur tertentu
dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH atau H).
Mineral oksida terbentuk
sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu.
Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih
keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat
kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome,
mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah
“es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Seperti mineral oksida,
mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau persenyawaan unsur-unsur
tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi pembentukannya dapat juga terkait
dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida,
unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral
hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).
4.4 Mineral Carbonat
(CO3)
Merupakan persenyawaan
dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai
mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan
sedimen.
Carbonat terbentuk pada
lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk pada
daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit,
dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga
Borat (BO3).
Carbonat, nitrat dan
borat memiliki kombinasi antara logam atau semilogam dengan anion yang kompleks
dari senyawa-senyawa tersebut (CO3, NO3, dan BO3).
Beberapa contoh mineral
yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite (CaMg(CO3)2, calcite
(CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat
adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
4.5 Mineral Sulfat (SO4)
Sulfat terdiri dari
anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi
logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi
pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian
perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat
termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan sama seperti
sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan
anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral
yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium sulfate), Celestine
(strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated calcium
sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate,
sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
4.6 Mineral Silicate
(Si, O)
Silicat merupakan
25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini,
yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
·
Quartz (SiO2)
·
Feldspar Alkali
(KAlSi3O8)
·
Feldspar Plagioklas
((Ca,Na)AlSi3O8)
·
Mica Muscovit
(K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
·
Mica Biotit
(K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
·
Amphibol Horblende
((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
·
Piroksin
((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
·
Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
Batuan yang ada dibumi
ini adalah kumpulan dari mineral-mineral. Mineral-mineral tersebut pada proses
pembentukannya yang bermacam-macam secara proses geologi tentunya tidak
terbentuk sendiri. Mineral-mineral tersebut terbentuk bersama dengan
mineral-mineral lainnya yang berasal dari satu sumber yang sama. Oleh karena
itu, hanya sedikit jumlah mineral yang mempunyai atau terbentuk dari satu unsur
kimia saja. Mineral-mineral pada umumnya mempunyai ikatan kimia antara unsur
utamanya dengan unsur-unsur pembentuk lainnya, kecuali kelas native element.
Unsur-unsur pembentuk mineral yang berikatan dengan unsur utama mineral umumnya
juga menentukan kelas mineral tersebut. Seperti unsur sulfat, phosfat, carbonat
dan silikat.
Keterdapatan mineral
pada batuan sangat beragam, karena proses pembentukannya yang juga
berbeda-beda. Namun pada dasarnya, seluruh mineral dan juga batuan yang
terbentuk berasal dari magma. Dsan akhirnya setelah mengalami proses-proses
geologi lainnya, maka terbentuk mineral dan batuan tersebut hingga menjadi
berbeda-beda.
Selain pengertian
mineral sebagai pembentuk batuan, mineral juga adalah sebagai pembagi atau
pembeda batuan. Sehingga batuan terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan
komposisi mineral pembentuknya. Selain itu, faktor yang juga menyebabkan
pembedaan batuan tersebut adalah komposisi kimia, tekstur dan proses yang
menyebabkan mineral itu terbentuk. Hal-hal tersebut juga masih berkaitan dengan
mineral-mineral pembentuk batuan.
Berdasarkan alasan
tersebut, maka secara garis besar batuan yang ada di alam dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
1. Batuan Sedimen
Batuan beku adalah
batuan yang erat sekali proses pembentukannya dengan proses pengendapan
material sedimen klastik dan non
klastik yang terdiri dari material organik dan
akibat proses kimiawi (evaporasi), yang diikuti oleh kompaksi dari partikel
material sediment tersebut serta sementasi yang berlangsung pada bersamaan
dengan terjadinya proses diagenesa dan material sedimen.
2. Batuan Beku
Batuan baku adalah
batuan yang terbentuk akibat proses pendinginan dari magma, yang terjadi
melalui dua macam cara yakni yang pertama melalu cara plutonik yaitu
sebagai akibat proses menerobosnya magma ( intrusi magmatik) naik ke atas
menuju permukaan bumi melalui rekahan-rekahan dan batuan terbentuk secara
mengkristal dengan perlahan seiring dengan menurunnya temperatur dari magma,
dan yang kedua melalui cara vulkanik yaitu
melalui letusan gunung api dimana magma mencapai permukaan sebagai lava atau
fragmen-fragmen yang dimuntuahkan gunung api.
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah
merupakan batuan ubahan atau malihan, yakni batuan yang mengalami perubahan
menjadi batuan metamorf akibat mengalami perubahan
tekanan dan temperatur yang tinggi. ( temperatur dan tekanan yang terjadi lebih
tinggi dari temperature dan pressure di permukaan bumi). Perubahan temperatur
dan tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan terubahnya mineral-mineral asli
penyusun batuan menjadi mineral-mineral yang lain.
Dari analisa kimia
batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur saja yang bertanggung jawab
dalam pembentukan kerak bumi. Empat orang ahli mengadakan analisa kimia
sebanyak 5.159 analisa batuan, yaitu oleh Washington, Nigli, Clarke dan Daly.
Dengan unsur-unsur yang ada dalam kerak bumi.
Tabel 5.1 Persentase
Unsur di Alam
No
|
Nama
Unsur Kimia
|
Persentase
di Alam
|
1
|
Silicon (Si)
|
27%
|
2
|
Oksigen (O)
|
24%
|
3
|
Alumunium (Al)
|
8%
|
4
|
Ferrum / Besi (Fe)
|
5%
|
5
|
Calsium (Ca)
|
3,5%
|
6
|
Natrium (Na)
|
2,5%
|
7
|
Kalium (K)
|
2,5%
|
8
|
Magnesium (Mg)
|
2,5%
|
Ternyata jumlahnya baru
mencapai 98%, sedangkan sisanya terdiri dari unsur yang jarang terdapat atau
ditemukan. Sehingga berdasarkan jumlah keterdapatannya dalam batuan, mineral
dibedakan menjadi tiga bagian.
Mineral
primer 3. Mineral tambahan
Mineral sekunder
5.1 Mineral Primer
Mineral primer adalah
mineral yang keterdapatannya paling banyak dalam batuan. Mineral ini umumnya
terdapat lebih dari 10%, dimana mineral ini mempengaruhi penamaan dalam batuan.
Mineral-mineral primer atau utama ini hampr semua anggotanya adalah dari kelas
mineral silicate, khususnya yang termasuk dalam Bowen Series.
Mineral primer ini
pembentukannya pada umumnya terkait dengan proses magmatis. Yaitu berasal dari
magma primer yang bersifat ultra basa, yang kemudian mengalami pendinginan dan
pembekuan membentuk mineral-mineral.
Mineral-mineral ini
umumnya terdapat pada batuan beku, yaitu batuan dari hasil proses magmatis.
Contoh mineral primer adalah kuarsa, orthoklas, plagioklas, foid, feldspar,
biotit, hornblende, piroksen, dan olivin.
Gambar 5.1 Bowen Series
5.2 Mineral Sekunder
Mineral sekunder adalah
mineral yang terbentuk dari mineral utama yang mengalami proses pelapukan pada
batuan. Batuan, baik beku, sediment maupun metamorf yang tersingkap diatas
permukaan, bersentuhan dengan atmosfir, hidrosfir dan biosfir akan mengalami proses
pelapukan. Batuan akan terubah secara fisik maupun kimiawi, di alam, kedua
proses ini sulit dibedakan, karena berlangsung secara bersamaan. Namun secara
teoritis kedua proses ini dibedakan. Proses pelapukan inilah salah satu proses
yang mengubah permukaan bumi setiap saat meskipun perubahannya tidak tampak
dengan segera karena prosesnya yang berlangsung dengan sangat lambat.
Pelapukan mekanik atau
pelapukan secara fisik adalah pelapukan yang hanya berlangsung secara fisik
saja, secara mekanik dan tidak disertai perubahan kimia. Sehingga yang berubah
hanya bentuk fisiknya saja, sedangkan komposisi kimianya tetap. Seperti yang
semula mempunyai bentuk dan volume besar, kemudian hancur menjadi bentuk
yang kecil-kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan fisik ini adalah
rekahan, pertumbuhan kristal, tekanan es, pengaruh suhu serta pengaruh makhluk
hidup.
Pelapukan kimia adalah
proses pelapukan yang terjadi pada batuan dan menyebabkan berubahnya sifat atau
komposisi kimia suatu batuan. Pada umumnya pelapukan ini terjadi karena batuan
atau mineral secara kimiawi dengan zat-zat atau senyawa yang ada di alam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan kimia ini adalah
hidrolisa, oksidasi, dan pencucian.
Beberapa contoh mineral
sekunder ini adalah hematite, kalium feldspar, orthoklas dan mineral lempung.
5.3 Mineral tambahan
Mineral tambahan atau
sering disebut juga mineral aksesori ini adalah mineral yang persentasenya
sangat sedikit dalam batuan, namun selalu ditemukan. Mineral ini jumlahnya kurang
dari 10% dari seluruh komposisi batuan. Dan karena keterdapatannya sangat
sedikit, menjadikan mineral-mineral tambahan ini memiliki nilai yang ekonomis
yang tinggi. Pada umumnya mineral tambahan ini digunakan untuk perhiasan
seperti rutil. Namun ada juga yang digunakan dalam industri dan memiliki nilai
yang sangat tinggi seperti zircon. Contoh lainnya dari mineral tambahan ini
adalah turmalin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar